Jakarta, CNBC Indonesia - Layanan aplikasi pesan antar makanan yang kini banyak tersedia memang sangat membantu kehidupan.
Mudah saja, Anda tinggal pesan makanan atau minuman yang diinginkan lewat ponsel, bayar dengan opsi yang disediakan seperti menggunakan dompet digital atau cash. Dan tak butuh waktu lama pesanan pun di sampai ke depan konsumen.
Tapi pernah tidak Anda mendapati harga makanan pada layanan pesan antar seperti Go-Food dan GrabFood lebih mahal ketimbang di kedai aslinya?
Hal tersebut terjadi karena penyedia layanan seperti GoJek dan Grab, menetapkan sistem bagi hasil dari tiap transaksi di aplikasi pesan antar mereka.
Besaran bagi hasilnya disebut sekitar 20 persen dari transaksi. Ini yang membuat kebanyakan merchant atau mitra kemudian menaikkan harga produknya di aplikasi.
Menurut pengakuan Andhika sebagai salah satu pemilik restoran ayam di Malang, Jawa Timur, mau tidak mau ia harus menaikkan harga makanan yang dipasang di aplikasi hingga 20 persen lebih tinggi dibandingkan harga jual makan di tempat. Kenaikan harga yang ia tetapkan sekitar Rp 6 ribu per satu menu.
"Di kedai misalnya satu menu harga 15 ribu, di ojol (ojek online) harganya bisa jadi Rp 21 ribu. Rata-rata beda harganya 6 ribuan per satu menu," ujarnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (29/6/2022).
Itulah sebabnya harga kadang berbeda antara aplikasi dan harga yang dijual di tempat. Dia kemudian menerangkan bahwa potongan tersebut akan dipotong secara otomatis setelah orderan berhasil terjual.
"Yang dipotong total per satu order. Misalnya total orderannya 100 ribu dipotongnya 20 persen dari situ," tuturnya.
Andhika juga mengatakan bahwa ia tidak menerima keuntungan dari biaya platform dan biaya lain-lain, yang dibebankan kepada konsumen.
"Itu nggak ada, pokoknya harga total (yang diterima) sudah sama tax dan lain-lain." jelas Andhika.
[Gambas:Video CNBC]
(roy/roy)
from "makanan" - Google Berita https://ift.tt/WhbgMi0
via IFTTT
from Carue Resep https://ift.tt/Nb9vWFP
via IFTTT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar